Penilaian Kinerja Guru (PK Guru)

A. Pengertian PK GURU


Menurut  Peraturan  Menteri  Negara  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi Birokrasi  Nomor  16  Tahun  2009,  PK  GURU  adalah  penilaian  dari  tiap  butir kegiatan tugas  utama  guru  dalam  rangka  pembinaan  karir,  kepangkatan,  dan  jabatannya. Pelaksanaan  tugas  utama  guru  tidak  dapat  dipisahkan  dari  kemampuan  seorang  guru dalam  penguasaan  pengetahuan,  penerapan  pengetahuan  dan  keterampilan,  sebagai kompetensi  yang  dibutuhkan  sesuai  amanat  Peraturan  Menteri  Pendidikan  Nasional Nomor  16  Tahun  2007  tentang  Standar  Kualifikasi  Akademik  dan  Kompetensi  Guru.
Penguasaan kompetensi dan penerapan pengetahuan serta keterampilan guru, sangat menentukan  tercapainya  kualitas  proses  pembelajaran  atau  pembimbingan  peserta didik,  dan  pelaksanaan  tugas  tambahan  yang  relevan  bagi  sekolah/madrasah, khususnya bagi guru dengan tugas tambahan tersebut. Sistem PK GURU adalah sistem penilaian  yang  dirancang  untuk  mengidentifikasi  kemampuan  guru  dalam  melaksanakan tugasnya melalui pengukuran penguasaan kompetensi yang ditunjukkan  dalam unjuk kerjanya.
Secara umum, PK GURU memiliki 2 fungsi utama sebagai berikut.
  1. Untuk  menilai  kemampuan  guru  dalam  menerapkan  semua  kompetensi  dan keterampilan  yang  diperlukan  pada  proses  pembelajaran,  pembimbingan,  atau pelaksanaan  tugas  tambahan  yang  relevan  dengan  fungsi  sekolah/madrasah. Dengan  demikian,  profil  kinerja  guru  sebagai  gambaran  kekuatan  dan  kelemahan guru  akan  teridentifikasi  dan  dimaknai  sebagai  analisis  kebutuhan  atau  audit keterampilan  untuk  setiap  guru,  yang  dapat  dipergunakan  sebagai  basis  untuk merencanakan PKB.
  2. Untuk  menghitung  angka  kredit  yang  diperoleh  guru  atas  kinerja pembelajaran, pembimbingan,  atau  pelaksanaan  tugas  tambahan  yang  relevan  dengan  fungsi sekolah/madrasah  yang  dilakukannya  pada  tahun  tersebut.  Kegiatan  penilaian kinerja dilakukan setiap tahun sebagai bagian dari proses pengembangan karir dan promosi guru untuk kenaikan pangkat dan jabatan fungsionalnya.
Hasil  PK  GURU  diharapkan  dapat  bermanfaat  untuk  menentukan  berbagai  kebijakan yang  terkait  dengan  peningkatan  mutu  dan  kinerja  guru  sebagai  ujung  tombak  pelaksanaan  proses  pendidikan  dalam  menciptakan  insan  yang  cerdas,  komprehensif, dan  berdaya  saing  tinggi.  PK  GURU  merupakan  acuan  bagi  sekolah/madrasah  untuk menetapkan  pengembangan  karir  dan  promosi  guru.  Bagi  guru,  PK  GURU  merupakan pedoman  untuk  mengetahui  unsur‐unsur  kinerja  yang  dinilai  dan  merupakan  sarana untuk  mengetahui  kekuatan  dan  kelemahan  individu  dalam  rangka  memperbaiki kualitas kinerjanya.
PK  GURU  dilakukan  terhadap  kompetensi  guru  sesuai  dengan  tugas  pembelajaran, pembimbingan,  atau  tugas  tambahan  yang  relevan  dengan  fungsi  sekolah/madrasah.
Khusus  untuk  kegiatan  pembelajaran  atau  pembimbingan,  kompetensi  yang  dijadikan dasar  untuk  penilaian  kinerja  guru  adalah  kompetensi  pedagogik,  profesional,  sosial dan  kepribadian,  sebagaimana  ditetapkan  dalam  Peraturan  Menteri  Pendidikan Nasional  Nomor  16  Tahun  2007.  Keempat  kompetensi  ini  telah  dijabarkan  menjadi kompetensi  guru  yang  harus  dapat  ditunjukkan  dan  diamati  dalam  berbagai  kegiatan, tindakan  dan  sikap  guru  dalam  melaksanakan  pembelajaran  atau  pembimbingan.
Sementara  itu,  untuk  tugas  tambahan  yang  relevan  dengan  fungsi sekolah/ madrasah, penilaian  kinerjanya  dilakukan  berdasarkan  kompetensi  tertentu  sesuai  dengan  tugas tambahan  yang  dibebankan  tersebut  (misalnya;  sebagai  kepala  sekolah/madrasah, wakil  kepala  sekolah/madrasah,  pengelola  perpustakaan,  dan  sebagainya  sesuai dengan  Peraturan  Menteri  Negara  Pendayagunaan  Aparatur  Negara  dan  Reformasi Birokrasi Nomor 16 Tahun 2009).
B. Syarat Sistem PK GURU
Persyaratan penting dalam sistem PK GURU adalah:
  1. Valid, Sistem  PK  GURU  dikatakan valid bila  aspek  yang  dinilai  benar‐benar  mengukur komponen‐komponen tugas guru dalam melaksanakan pembelajaran, pembimbingan, dan/atau tugas lain yang relevan dengan fungsi sekolah/ madrasah.
  2. Reliabel, Sistem PK GURU dikatakan reliabel atau mempunyai tingkat kepercayaan tinggi jika proses  yang  dilakukan  memberikan  hasil  yang  sama  untuk  seorang  guru  yang dinilai kinerjanya oleh siapapun dan kapan pun.
  3. Praktis, Sistem PK  GURU  dikatakan  praktis  bila  dapat  dilakukan  oleh  siapapun  dengan relatif  mudah,  dengan  tingkat  validitas  dan  reliabilitas  yang  sama  dalam  semua kondisi tanpa memerlukan persyaratan tambahan.
Salah  satu  karakteristik  dalam  desain  PK  GURU  adalah  menggunakan  cakupan kompetensi dan indikator kinerja yang sama bagi 4 (empat) jenjang jabatan fungsional guru (Guru Pertama, Guru Muda, Guru Madya, dan Guru Utama).
C. Prinsip Pelaksanaan PK GURU
Prinsip‐prinsip utama dalam pelaksanaan PK GURU adalah sebagai berikut.
  1. Berdasarkan ketentuan, PK GURU harus dilaksanakan sesuai dengan prosedur dan mengacu pada peraturan yang berlaku.
  2. Berdasarkan kinerja, Aspek yang dinilai dalam PK GURU adalah kinerja yang dapat diamati dan dipantau, yang  dilakukan  guru  dalam  melaksanakan  tugasnya  sehari‐hari,  yaitu  dalam melaksanakan  kegiatan  pembelajaran,  pembimbingan,  dan/atau  tugas  tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah.
  3. Berlandaskan dokumen PK GURU, Penilai,  guru  yang  dinilai,  dan  unsur  yang  terlibat  dalam  proses  PK  GURU  harus memahami  semua  dokumen  yang  terkait  dengan  sistem  PK  GURU.  Guru  dan penilai  harus  memahami  pernyataan  kompetensi  dan  indikator  kinerjanya  secara utuh,  sehingga  keduanya  mengetahui  tentang  aspek  yang  dinilai  serta  dasar  dan kriteria yang digunakan dalam penilaian.
  4. Dilaksanakan secara konsisten, PK  GURU  dilaksanakan  secara  teratur  setiap  tahun  diawali  dengan  penilaian formatif di awal tahun dan penilaian sumatif di akhir tahun dengan memperhatikan hal‐hal berikut.
  • Obyektif, Penilaian kinerja guru dilaksanakan secara obyektif sesuai dengan kondisi nyata guru dalam melaksanakan tugas sehari‐hari.
  • Adil, Penilai  kinerja  guru  memberlakukan  syarat,  ketentuan,  dan  prosedur  standar kepada semua guru yang dinilai.
  • Akuntabel, Hasil pelaksanaan penilaian kinerja guru dapat dipertanggungjawabkan.
  • Bermanfaat, Penilaian kinerja guru bermanfaat bagi guru dalam rangka peningkatan kualitas kinerjanya secara berkelanjutan dan sekaligus pengembangan karir profesinya.
  • Transparan, Proses penilaian kinerja guru memungkinkan bagi penilai, guru yang dinilai, dan pihak  lain  yang  berkepentingan,  untuk  memperoleh  akses  informasi  atas penyelenggaraan penilaian tersebut.
  • Praktis, Penilaian  kinerja  guru  dapat  dilaksanakan  secara  mudah  tanpa  mengabaikan prinsip‐prinsip lainnya.
  • Berorientasi pada tujuan, Penilaian dilaksanakan dengan berorientasi pada tujuan yang telah ditetapkan.
  • Berorientasi pada proses, Penilaian  kinerja  guru  tidak  hanya  terfokus  pada  hasil,  namun  juga  perlu memperhatikan proses, yakni bagaimana guru dapat mencapai hasil tersebut.
  • Berkelanjutan, Penilaian  kinerja  guru  dilaksanakan  secara  periodik,  teratur,  dan  berlangsung secara terus menerus selama seseorang menjadi guru.
  • Rahasia, Hasil  PK  GURU  hanya  boleh  diketahui  oleh  pihak‐pihak  terkait  yang berkepentingan.

Peran Guru Sebagai Pembimbing


Perubahan paradigma pembelajaran dari pembelajaran pasif (teacher-centered) ke pembelajaran aktif (student-centered), menghendaki adanya perubahan peran guru dalam proses pembelajaran. Salah satu peran yang harus dijalankan guru adalah sebagai pembimbing. Peran guru sebagai pembimbing pada dasarnya adalah peran guru dalam upaya membantu siswa  agar dapat mengembangkan segenap potensi yang dimilikinya melalui hubungan interpersonal yang akrab dan saling percaya. Wina Senjaya (2006) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya.

Guru berusaha membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya, membimbing siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas perkembangan mereka, sehingga dengan ketercapaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri dan produktif.  Siswa adalah individu yang unik. Artinya, tidak ada dua individu yang sama. Walaupun secara fisik mungkin individu memiliki kemiripan, akan tetapi pada hakikatnya mereka tidaklah sama, baik dalam bakat, minat, kemampuan dan sebagainya. Di samping itu setiap individu juga adalah makhluk yang sedang berkembang. Irama perkembangan mereka tentu tidaklah sama juga. Perbedaan itulah yang menuntut guru harus berperan sebagai pembimbing.

Hubungan guru dan siswa seperti halnya seorang petani dengan tanamannya. Seorang petani tidak bisa memaksa agar tanamannya cepat berbuah dengan menarik batang atau daunnya. Tanaman itu akan berbuah manakala ia memiliki potensi untuk berbuah serta telah sampai pada waktunya untuk berbuah. Tugas seorang petani adalah menjaga agar tanaman itu tumbuh dengan sempurna, tidak terkena hama penyakit yang dapat menyebabkan tanaman tidak berkembang dan tidak tumbuh dengan sehat, yaitu dengan cara menyemai, menyiram, memberi pupuk dan memberi obat pembasmi hama. Demikian juga halnya dengan seorang guru. Guru tidak dapat memaksa agar siswanya jadi ”itu” atau jadi ”ini”. Siswa akan tumbuh dan berkembang menjadi seseorang sesuai dengan minat dan bakat yang dimilikinya. Tugas guru adalah menjaga, mengarahkan dan membimbing agar siswa tumbuh dan berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Inilah makna peran sebagai pembimbing. Jadi, inti dari peran guru sebagai pembimbing adalah terletak pada kekuatan intensitas hubungan interpersonal antara guru dengan siswa yang dibimbingnya

Lebih jauh, Abin Syamsuddin (2003) menyebutkan bahwa guru sebagai pembimbing dituntut untuk mampu mengidentifikasi siswa yang diduga mengalami kesulitan dalam belajar, melakukan diagnosa, prognosa, dan kalau masih dalam batas kewenangannya, harus membantu pemecahannya (remedial teaching).  Berkenaan dengan upaya membantu mengatasi kesulitan atau masalah siswa, peran guru tentu berbeda dengan peran yang dijalankan oleh konselor profesional. Sofyan S. Willis (2004) mengemukakan tingkatan masalah siswa yang mungkin bisa dibimbing oleh guru yaitu masalah yang termasuk kategori ringan, seperti: membolos, malas, kesulitan belajar pada bidang tertentu, berkelahi dengan teman sekolah, bertengkar, minum minuman keras tahap awal, berpacaran, mencuri kelas ringan.

Dalam konteks organisasi layanan Bimbingan dan Konseling, di sekolah, peran dan konstribusi guru sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah. Prayitno (2003) memerinci peran, tugas dan tanggung jawab guru-guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling adalah :


  • Membantu memasyarakatkan pelayanan bimbingan dan konseling kepada siswa.
  • Membantu konselor mengidentifikasi siswa-siswa yang memerlukan layanan bimbingan dan konseling, serta pengumpulan data tentang siswa-siswa tersebut.
  • Mengalihtangankan siswa yang memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling kepada konselor.
  • Menerima siswa alih tangan dari konselor, yaitu siswa yang menuntut konselor memerlukan pelayanan khusus. seperti pengajaran/latihan perbaikan,  dan program pengayaan.
  • Membantu mengembangkan suasana kelas, hubungan guru-siswa dan hubungan siswa-siswa yang menunjang pelaksanaan pelayanan pembimbingan dan konseling.
  • Memberikan kesempatan dan kemudahan kepada siswa yang memerlukan layanan/kegiatan bimbingan dan konseling untuk mengikuti /menjalani layanan/kegiatan yang dimaksudkan itu.
  • Berpartisipasi dalam kegiatan khusus penanganan masalah siswa, seperti konferensi kasus.
  • Membantu pengumpulan informasi yang diperlukan dalam rangka penilaian pelayanan bimbingan dan konseling serta upaya tindak lanjutnya.

Jika melihat realita bahwa di Indonesia jumlah  tenaga konselor profesional memang masih relatif terbatas, maka  peran guru sebagai pembimbing tampaknya menjadi penting. Ada atau tidak ada konselor profesional  di sekolah, tentu   upaya pembimbingan terhadap siswa mutlak diperlukan. Jika kebetulan di sekolah sudah tersedia tenaga konselor profesional, guru bisa bekerja sama dengan konselor bagaimana seharusnya membimbing siswa di sekolah. Namun jika belum, maka kegiatan pembimbingan siswa tampaknya akan bertumpu pada guru.

Agar guru dapat mengoptimalkan perannya sebagai pembimbing, berikut ini  beberapa hal yang perlu diperhatikan:


  1. Guru harus memiliki  pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Misalnya pemahaman  tentang gaya dan kebiasaan belajar serta pemahaman tentang potensi dan bakat yang dimiliki anak, dan latar belakang kehidupannya. Pemahaman ini sangat penting, sebab akan menentukan teknik dan jenis bimbingan yang harus diberikan kepada mereka.
  2. Guru dapat memperlakukan siswa sebagai individu yang unik dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan keunikan yang dimilikinya.
  3. Guru seyogyanya  dapat menjalin hubungan yang akrab, penuh kehangatan dan saling percaya, termasuk di dalamnya berusaha menjaga kerahasiaan data siswa yang dibimbingnya, apabila data itu bersifat pribadi.
  4. Guru senantiasa memberikan kesempatan kepada siswanya untuk mengkonsultasikan berbagi kesulitan yang dihadapi siswanya, baik ketika sedang berada di kelas maupun di luar kelas.
  5. Guru sebaiknya dapat memahami prinsip-prinsup umum konseling dan menguasai teknik-tenik dasar konseling untuk kepentingan pembimbingan siswanya, khususnya ketika siswa mengalami kesulitan-kesulitan tertentu dalam belajarnya.

Kesulitan Belajar Matematika


Pada umumnya orang mengartikan matematika sebagai ilmu tentang bilangan, hubungan antar bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan. Tetapi sampai sekarang tidak ada definisi tentang matematika secara baku (Moeliono dalam Suyitno, 2000:1). - Amin Suyitno, 1997, Dasar – Dasar dan Proses Pembelajaran Matematika, Semarang : UNNES

Howler dalam Suyitno (2000 :1) mengatakan bahwa “Mathematic is the abstract science of space and number” (Matematika adalah ilmu pengetahuan abstrak dari ruang dan angka). Matematika dapat pula didefinisikan sebagai “the study of abstract structure and their interelations”, yakni studi tentang struktur abstrak dan relasi-relasi antar unsur yang ada. Xvii “We live in a world of objects, time and space. Mathematics provider an agreed-upon system for describing these in terms of quantity or magnitude”. (kita hidup di dunia yang terdiri dari obyek, waktu dan ruang).
Kesulitan belajar matematika

Matematika adalah suatu yang berkenaan dengan ide-ide/konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Kedudukan matematika sangatlah penting dalam kehidupan sehari-hari, karena itu guru harus bisa memberi materi penjelasan kepada siswa mengenai pentingnya kedudukan matematika dan betapa perlunya seseorang mempelajari matematika. Misalnya melalui contoh-contoh penggunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari sangat erat hubungannya dengan matematika.

Belajar matematika tidak senantiasa berhasil, tetapi seringkali ada hal-hal yang bisa mengakibatkan kegagalan atau setidak-tidaknya menjadikan gangguan yang bisa menghambat kemajuan belajar matematika. Kegagalan atau keterlambatan kemajuan biasanya ada hal-hal yang menyebabkannya.


Kesulitan Belajar Matematika

Faktor-faktor yang bisa menimbulkan kesulitan belajar matematika menurut Oemar Hamalik yaitu:

1) Faktor yang bersumber dari diri sendiri

Yang dimaksud dengan faktor ini ialah faktor yang timbul dari diri siswa itu sendiri. Faktor ini disebut faktor intern. Faktor ini sangat besar pengaruhnya terhadap kemajuan belajar matematika seorang siswa. Faktor seperti ini seringkali tidak disadari atau bahkan dianggap remeh oleh siswa. Hal tersebut disebabkan karena:
a) Siswa tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas.
b) Kurangnya minat terhadap pelajaran matematika.
c) Kesehatan yang sering menganggu.
d) Kurang cakap dalam mengikuti pelajaran matematika.
e) Kebiasaan belajar matematika yang kurang baik.


2) Faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah 

Hambatan terhadap kemajuan belajar matematika tidak hanya bersumber dari diri siswa sendiri, akan tetapi kemungkinan juga bersumber dari sekolah itu sendiri. Sebab-sebab yang bisa menimbulkan hambatan belajar matematika adalah sebagai berikut :
a) Cara memberikan pelajaran matematika kurang menarik.
b) Kurangnya buku standar.
c) Kurangnya alat-alat yang menunjang belajar matematika.
d) Materi pelajaran tidak sesuai dengan kemampuan siswa.


3) Faktor yang bersumber dari lingkungan keluarga 

Sebagian besar waktu belajar siswa dilaksanakan di rumah, karena itu aspek-aspek kehidupan dalam keluarga turut mempengaruhi kemajuan belajarnya, bahkan mungkin juga dapat dikatakan menjadi faktor dominan untuk mencapai keberhasilan belajar di sekolah. Sebab yang timbul dari lingkungan keluarga adalah :
a) Masalah kemampuan ekonomi.
b) Masalah broken home.
c) Kurangnya perhatian orang tua.


4) Faktor yang bersumber dari masyarakat

Pada umumnya masyarakat tidak akan menghalangi kemajuan belajar siswa akan tetapi ada beberapa aspek dalam kehidupan masyarakat yang bisa mengganggu kelancaran belajar siswa, dan tentunya yang berhubungan erat dengan diri siswa itu sendiri yaitu:
a) Gangguan dari jenis kelamin lain.
b) Sekolah sambil kerja.
c) Aktif mengikuti organisasi secara berlebihan.
d) Tidak dapat mengatur waktu.
e) Tidak mempunyai teman belajar bersama. (Oemar Hamalik, 1989 : 112-120).

Demikian tadi adalah sebab dan faktor yang mempengaruhi Kesulitan Belajar Matematika. Pada dasarnya, Kesulitan Belajar Matematika dapat ditanggulangi dengan sedikit memodifikasi strategi belajar yang kita lakukan. Kesulitan Belajar Matematika juga dapat diatasi dengan teknik belajar matematika yang menyenangkan.

Pembelajaran Quantum - Quantum Learning



Quantum Learning - adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya. Pembelajaran Kuantum dengan demikian adalah Orkestrasi bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan sekitar momen belajar. Semua unsur yang menopang kesuksesan belajar harus di ramu menjadi sebuah akumulasi yang benar-benar menerapkan suasana belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 6). Berbagai kecerdasan majemuk baik kecerdasan linguistik, matematis, logis, spasial, kinetis, jasmani, musikal, interpesonal dan naturalis harus bersinergi dalam meggerakkan belajar siswa. (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 6).

Karakteristik Pembelajaran Kuantum adalah:

1) Pembelajaran Kuantum berpangkal pada psikologi kognitif.
2) Pembelajaran Kuantum bersifat humanintis manusia selalu pembelajaran menjadi pusat perhatiannya, potensi diri, kemampuan pikiran, daya motivasi diyakini dapat berkembang secara maksimal atau optimal.
3) Pembelajaran Kuantum bersifat konstruktivitas, pembelajaran Kuantum bersifat menekankan pentingnya peranan lingkungan dalam mewujudkan pembelajaran yang efektif dan optimal yang memudahkan dalam mencapai keberhasila ujuan pembelajaran. Pembelajaran Kuantum berupaya memadukan, menyinergikan dan mengolaborasikan faktor potensi diri siswa dengan lingkungan (fisik dan mental) sebagai konteks pembelajaran.
4) Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian pada interaksi yang bermutu dan bermakna bukan sekedar transaksi makna. Pembelajaran Kuantum memberikan tekanan pada pentingnya interaksi, frekuensi dan akumulasi interaksi yang bermutu dan bermakna yang dapat mengubah energi kemampuan pikiran dan bakat ilmiah siswa menjadi sesuatu yang bermanfaat bagi keberhasilan pembelajaran.
5) Pembelajaran Kuantum menekankan ke alamiahan dan kewajaran proses pembelajaran, sehingga menimbulkan suasana nyaman, segar sehat, rileks, santai, menyenangkan.
6) Pembelajaran Kuantum memiliki model yang memadukan konteks dan isi pembelajaran. Konteks pembelajaran meliputi suasana yang memberdayakan, landasan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mengarahkan dan rancangan belajar dinamis. Isi pembelajaran meliputi suasana yang memberdaya dan rancangan pemfasilitasan yang lentur, keterampilan belajar untuk belajar, dan keterampilan hidup.
7) Pembelajaran Kuantum memusatkan perhatian pada pembentukan keterampilan akademis, keterampilan dalam hidup dan prestasi fikal atau material. Ketiganya harus diperhatikan, diperlukan dan dikelola secara seimbang.
8) Pembelajaran Kuantum menginteraksi totalitas tubuh dan pikiran dalam proses pembelajaran. Aktivitas total antara tubuh dan pikiran membuat pembelajaran biasa langsung lebih nyaman dan hasilnya lebih optimal.
( Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005 : 6)

Prinsip Pembelajaran Kuantum adalah


1) Prinsip utama
Bawalah dunia mereka (pembelajar) ke dalam dunia kita (pengajar) dan dunia kita (pengajar) ke dalam dunia mereka (pembelajar).

2) Prinsip dasar
a) Ketahuilah bahwa segalanya berbicara. Dalam pembelajaran Kuantum segala sesuatu mulai lingkungan pembelajaran sampai mulai bahasa tubuh pengajar, pinata ruang sampai sikap guru semuanya mengirim pesan tentang pembelajaran.
b) Ketahuilah bahwa segalanya bertujuan. Semua yang terjadi dalam proses pembelajaran mempunyai tujuan.
c) Sadarilah bahwa pengalaman mendahului penamaan. Proses pembelajaran paling baik terjadi ketika pembelajar telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh makna untuk apa yang mereka pelajari. Dikatakan demikian karena otak manusia yang selanya akan menggerakkan rasa ingin tahu.
d) Akuilah setiap usaha yang dilakukan dalam pembelajaran. Pada waktu siswa melakukan langkah pembelajaran, mereka patut memperoleh pangkuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka, bahkan sekalipun siswa melakukan kesalahan perlu diberi pengakuan atas usaha yang mereka lakukan.
e) Sadarilah bahwa sesuatu yang layak dipelajari layak pula dirayakan keberhasilannya. (Bobbi De Porter dan Henarchi, 2003 : 7 - 8.

Pembelajaran Kuantum mengingatkan guru pada pentingnya memasuki dunia murid. Guru harus membangun jembatan autentik memasuki kehidupan murid. Belajar dari definisinya adalah kegiatan full-contact. Dengan kata lain, belajar melibatkan semua aspek kepribadian manusia di antaranya pikiran, perasaan, dan bahasa tubuh di samping pengetahuan, sikap, keyakinan sebelumnya serta persepsi masa mendatang. Dengan demikian, karena belajar berurusan dengan orang secara keseluruhan, hak untuk memudahkan belajar tersebut harus diberikan oleh pelajar atau diraih oleh guru. Hal ini akan memudahkan guru membangun jalinan, menyelesaikan bahan pelajaran lebih cepat, membuat hasil belajar lebih melekat, menjadi dan memastikan terjadinya pengalihan pengetahuan.


Lingkungan kelas mempengaruhi kemampuan siswa untuk berfokus dan menyerap informasi. Peningkatan seperti poster ikon akan menampilkan isi pelajaran secara visual, sementara poster afirmasi menguatkan dialog internal siswa. Alat bantu pelajar dapat menghidupkan gagasan abstrak dan mengikutsertakan pelajar kinestetik. Pengaturan bangku mendukung hasil belajar. Geser bangku atau meja agar siswa dapat berfokus pada tugas yang dihadapi. Musik membuka kunci keadaan belajar optimal dan membantu menciptakan asosiasi. Barok adalah musik paling cocok untuk belajar, mengulang, dan saat berkonsentrasi. Gaya lain dapat digunakan pada saat jeda, membuat jurnal, kerja kelompok, dan transisi. Pengorkestrasian unsur-unsur dalam lingkungan Anda sangat berpengaruh pada kemampuan Anda untuk mengajar lebih banyak dengan usaha lebih sedikit. Dalam pembelajaran Kuantum dikenal dengan pendekatan TANDUR, yakni:
T
:
Tumbuhkan Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah manfaatnya bagiku” (AMBAK) dan manfaatkan kehidupan siswa.
A
:
Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua siswa.
N
:
Namai Sediakan kata kunci, konsep, modal, rumus strategi sebagai sebuah masukan.
D
:
Demonstrasikan Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk menunjukkan bahwa mereka tahu.
U
:
Ulangi Tunjukkan kepada siswa cara-cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang tahu”.
R
:
Rayakan Bentuk reward yang harus senantiasa diberikan setiap siswa berhasil dalam pembelajaran (Bobbi De Porter dan Mark Reardon, 2005: 10)


Kerangka perencanaan Quantum Learning - pembelajaran kuantum - dikenal dengan singkatan TANDUR yaitu:


1) Tumbuhkan
Penyertaan menciptakan jalinan dan kepemilikan bersama atau kemampuan saling memahami. Penyertaan akan memanfaatkan pengalaman mereka, mencari tanggapan “Yes!” dan mendapat komitmen untuk menjelajah. Tumbuhkan dilakukan dengan strategi menyertakan pernyataan pantomim, lakon pendek, drama, video, cerita dll. Yang membuat siswa tertarik melakukan pembelajaran.

2) Alami
Unsur ini memberi pengalaman kepada siswa dan memanfaatkan hasrat alami otak untuk menjelajah. Pengalaman membuat guru dapat mengajar “melalui pintu belakang” untuk memanfaatkan pengetahuan dan keingintahuan siswa, menciptakan pengalaman bisa menggunakan strategi permainan, stimulasi, dan tugas kelompok

3) Namai
Penamaan memuaskan hasrat alami otak untuk memberikan identitas mengurutkan dan mendefinisikan. Penamaan dan dibangun diatas pengetahuan dan keingintahuan siswa saat itu. Penamaan adalah saatnya mengajarkan konsep, keterampilan, berfikir, dan strategi belajar dengan menggunakan peta konsep, gambar, poster, jembatan keledai.

4) Demonstrasikan
Demonstrasi akan memberi siswa peluang untuk menerjemahkan dan menerapkan pengetahuan siswa ke dalam pemebelajaran yang lain dan ke dalam kehidupan mereka. Dalam pembelajaran siswa harus diberi kesempatan membuat kaitan, berlatih, dan menunjukkan apa yang mereka ketahui.
5) Ulangi
Pengulangan memperkuat koneksi saraf dan menumbuhkan rasa ingin tahu. Jadi pengulangan harus dilakukan secara multimodalitas dan multikecerdasan.

6) Rayakan
Perayaan memberi rasa rampung dan menghormati usaha, ketekunan, dan kesuksesan siswa. Rayakan keberhasilan mereka dengan pujian, tepuk tangan, acungkan jempol, bernyanyi bersama. Hal ini akan membuat siswa lebih termotivasi dalam belajar.

Kerangka perancangan pengajaran pembelajaran Kuantum di atas menjamin siswa menjadi tertarik dan berminat pada setiap pembelajaran. Kerangka ini juga memastikan bahwa mereka mengalami pembelajaran, berlatih, menjadikan isi pembelajaran nyata bagi mereka sendiri dan mencapai sukses. Dalam pembelajaran Kuantum guru dituntut mengajak siswa ke dalam proses belajar seumur hidup yang dinamis yang tak terlupakan, guru menciptakan suasana prima yang unik bagi mereka, yang membuat mereka merasa aman tetapi tertantang, dimengerti dan dirayakan. Guru mendengarkan para siswa bercerita, berbagi, mengambil resiko dan merayakan belajar mereka.


Peranan Pembelajaran Kuantum dalam pembelajaran adalah mengorganisasikan berbagai interaksi proses pembelajaran menjadi cahaya yang melejitkan prestasi siswa menyingkirkan hambatan belajar melalui penggunaan cara dan alat yang tepat. Seperti memanfaatkan ikon-ikon sugesti yang membangkitkan semangaat belajar siswa, penyajian materi yang prima sehingga siswa belajar secara mudah dan alami. Mengacu berbagai teori di atas maka penerapan model pembelajaran Pembelajaran Kuantum merupakan Condition Sine Quanon (mutlak) diperlukan dalam proses pembelajaran. Hal ini dijadikan sebuah stilukus yang diharapkan mampu memberikan respon positif dalam pembelajaran sehingga guru mampu mendesain proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan (PAKEM).




Res :


www.quantumlearning.com/what_is_quantum_learning.html

www.qln.com/

faculty.petra.ac.id/ido/artikel/quantum_learning.htm

Teknik Pengkondisian Kelas Ketika Siswa Ramai

"Kelas tenang gurupun Senang " Itulah fenomena yang mungkin kita idam-idamkan sebagai seorang guru. Kelas yang tenang serasa di surga. Kelas yang tenang juga akan membuat kita merasa nyaman dalam melaksanakan proses pembelajran. Kelas yang tenang bukan berarti kelas yang mencekam karena ulah kita sebagai "guru killer", namun karena ulah dan kerja kita dalam me-manage kelas secara excellent,. Ya, mungkin jika diteorikan memang mudah, namun jika kita dalam keadaan nyata akan terasa sangat sulit untuk memunculkan sosok kata manage tersebut, bahkan yang ada hanyalah kesemrawutan tata kelas.

Maka untuk itulah kita dituntut untuk mengusai berbagai macam Pendekatan Pembelajaran, Model Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, bahkan dengan penggunaan Media Pembelajaran .

Disiplin dan manajemen kelas, merupakan pertempuran yang sering terjadi ketika kita berada di dalam kelas, tak dapat disangkal, kita harus menang dalam setiap pertempuran di dalam kelas. Tanpa terfokus dan relatif dapat menenangkan siswa, Anda mungkin juga melupakan kerja keras dan prestasi akademik yang signifikan untuk memenangkan manajemen kelas.
Percaya atau tidak, sangat mungkin untuk menenangkan siswa dan menjaga mereka tetap mengerjakan tugas. Kuncinya di sini adalah untuk mendapatkan kreatif dan tidak mengharapkan satu rutinitas untuk bekerja selamanya. Banyak sekali efektivitas yang dimodifikasi dengan waktu; sehingga merasa bebas untuk menerapkan melalui berbagai metode yang tercantum di bawah ini.
Berikut adalah beberapa uji strategi disiplin guru-siswa yang memenuhi tujuan untuk mempertahankan kelas yang tenang dengan mudah:


1. The Music Box -
Beli kotak musik yang murah. (Target untuk sekitar Rp 100.000,- atau dapat menggunakan music box yang telah ada misalnya tape, mp3 player, dll) . Setiap pagi, Katakan kepada siswa, setiap kali mereka berisik atau tidak mengerjakan tugas, Anda akan membuka kotak musik dan membiarkan music box menyala dan memutar musicnya sampai mereka tenang dan kembali bekerja. Jika, di akhir hari, anak-anak menerima beberapa jenis hadiah. Mungkin mereka dapat memperoleh tiket untuk gambar mingguan atau beberapa menit menjelang akhir minggu untuk waktu bebas bermain. Anak-anak akan mencintai permainan ini dan akan segera tenang ketika anda mencapai ke arah kotak musik. Trik ini telah dimainkan oleh seorang mahasiswa salah satu Universitas di Cambridge, Michelle Nisly, tidak ada salahnya jika kita mencobanya pada kelas di Indonesia.
2. The Quiet Game -
Entah mengapa, ketika Anda baru saja menambahkan kata "permainan" untuk permintaan Anda, anak-anak pada umumnya akan sangat merespon, ya, karena anak-anak mencintai permainan.
Setelah mengulangi tuntutan untuk tenang itu hampir diabaikan, kita memutuskan untuk memiliki anak-anak bermain dalam "The Quiet Game.". Caranya seperti ini : Pada dasarnya, mereka memperoleh 3 detik untuk membuat suara sebanyak yang mereka inginkan dan kemudian, aba-aba "diam" kita ucapkan ! Mereka menjadi diam selama mungkin. Siswa yang membuat keributan menerima terlihat seperti rendah dan tekanan rekan-rekan mereka untuk menenangkan diri lagi di sesi berikutnya. Sering kali kita mengatur penghitung waktu dan mengatakan anak-anak bahwa kita akan melihat berapa lama mereka dapat tetap diam kali ini. Sejauh ini, trik ini telah bekerja dengan baik tanpa imbalan apapun, konsekuensi, kekalahan, atau pemenang. Tetapi, efektivitas mungkin luntur dan kita harus menambahkan beberapa komponen lain ke permainan. Anda mungkin terkejut melihat seberapa baik teknik sederhana ini berhasil! Cobalah !
3. Eye the Clock
Mungkin trik ini sudah tidak asing lagi bagi kita, atau bahkan hal yang sangat baru dan berguna bagi kita seorang guru. Setiap kali siswa Anda terlalu keras dan ribut sehingga membuang-buang waktu, maka mata Anda pasti mengarah pada jam atau arloji Anda. Hal ini karena " waktu ", ya, waktu bukan lagi uang, namun "waktu adalah harta kita". Dengan patokan kenyataan seperti ini, maka " taraaaaaaaaaaaaaaaaaaa, kita sulap menjadi sebuah permainan yang menantang bagi siswa. Kita mulai saja cara kerja trik ini. Pertama, pastikan bahwa anak-anak memang dalam keadaan membuang-buang waktu dengan kegiatan yang tidak karuan ketika mengerjakan soal atau tugas. trik ini sangat simple namun sangat berpengaruh jika anda dapat me-manage ini. Katakan kepada siswa bahwa mereka akan kehilangan waktu istirahatnya jika mereka hanya ribut dan membuat ulah tidak jelas, contoh : " Anak-anak, yang ribut, yang mondir sana sini, yang bikin ulah tidak karuan, maka bapak akan mengurangi waktu istirahannya !! katakan dengan nada dan intonasi suara yang meyakinkan. Biarkan para siswa tahu bahwa yang mereka lakukan hanya membuang-buang waktu dengan menjadi ribut. Ini biasanya bekerja dengan sangat baik karena anak-anak tidak ingin kehilangan waktu istirahat. Lacak waktu yang hilang (turun ke sesi kedua!) Dan terus kita awasi kelas dengan tanggung jawab. Jika tidak, ancaman kosong Anda akan segera ditemukan dan trik ini tidak akan bekerja sama sekali. Tapi, sekali anak-anak melihat maksud apa yang Anda katakan, hanya melirik ke arah jam akan cukup untuk menenangkan mereka.Trik ini cepat dan mudah dan akan bekerja dalam situasi apa pun!

4. Hands Up -
nonverbal adalah cara lain untuk menenangkan kelas Anda yakni melalkukan suatu gerakan tubuh yang memfokuskan alur lalu lintas belajar kelas ke arah Anda, misalnya seperti dengan mengangkat tangan. Bila murid-murid melihat bahwa tangan Anda dinaikkan, mereka juga akan mengangkat tangan mereka. Tentunya dengan kesepakatan yang di buat terlebih dahulu bersama seluruh kelas sebelum pembelajaran kelas dimulai. Tangan berarti berhenti bicara dan memperhatikan guru. Anak akan memperhatikan petunjuk atau sinyal terhadap gerakan yang anda lakukan, gelombang penggalangan tangan akan menyelimuti ruangan dan Anda akan segera memiliki perhatian seluruh kelas dan kembali, anda akan menguasai kelas. A twist on ini adalah untuk mengangkat tangan Anda dan menghitung satu jari pada satu waktu. Pada saat Anda menghitung sampai lima, kelas perlu diam-diam menaruh perhatian pada Anda dan arahan Anda. Anda mungkin ingin diam-diam menghitung sampai lima bersama dengan isyarat visual dari jari-jari Anda. Siswa Anda akan segera terbiasa dengan rutinitas ini dan itu harus cukup cepat dan mudah untuk menenangkan mereka.
Kunci untuk setiap keberhasilan rencana pengelolaan kelas adalah berpikir dengan hati-hati tentang tujuan yang ingin Anda capai dan bertindak dengan penuh percaya diri. Anda adalah guru. Anda bertanggung jawab. Dan andalah raja di kelas, berfikirlah bahwa anda tidak lebih pintar didalam kelas, jadikan para siswa partner anda, tanpa adanya siswa anda tidak akan menjadi guru profesional, dan tanpa siswa anda tidak ada, anda tidak akan berdiri didepan kelas dengan sendirinya. Jika Anda tidak percaya tentang pengelolaan kelas dan mendasari ini sepenuh hati, anak-anak akan merasakan ragu dan bertindak atas perasaan diri mereka sendiri.
Sadar merancang disiplin rutinitas dan mengajar mereka secara eksplisit. Rutinitas Siswa adalah cinta sebanyak yang kita lakukan. Buatwaktu di kelas sebagai individu yang produktif dan setengan mungkin, tentang dalam arti berpikir kritis tanpa ada rasa tekanan. Percayalah, Anda dan anak-anak akan berkembang di bawah keadaan seperti itu!





Semoga trik ini bermanfaat bagi kita semua.. Amin.


Mohon Komentarnya agar ADMIN dapat memperbaiki jika ada kesalahan atau kerancuan dalam artikel ini. Sebelum dan sesudahnya ADMIN mengucapkan terima kasih....








Resource : Google.co.uk

© all rights reserved
dibuat dengan penuh oleh Wiji Hatmoko